Danke sehr

Danke sehr
You have a miracle

Rabu, 01 Januari 2014

Siapakah Saya?


Nama saya Nabila Sishma, biasa dipanggil Nabil atau Bila. Saya lahir di Kendari tanggal 30 April 1993. Saya lahir dan tumbuh remaja di kota kecil itu, kota yang masih belum banyak tersentuh oleh pengaruh luar. Terasa sejuk, damai, dan sangat menyenangkan. Saat Taman Kanak-kanak, saya bersekolah di Taman Kuncup Kapas, tepatnya di desa Lambakara, desa terpencil dari kota Kendari. Saya senang berada di desa tersebut, memiliki banyak teman yang sangat kekeluargaan.

Setelah itu saya menempuh Sekolah Dasar di SDN 1 Ambalodangge. Di sekolah ini menjadi awal saya mengenal uang. Di umur saya yang masih dikatakan kecil, saya sudah mulai berbisnis, saya selalu berfikir apa yang bisa menghasilkan uang. Bisnis pertama saya adalah membuka perpustakaan kecil-kecilan dari kumpulan buku-buku kakak saya yang sudah tidak terpakai. Segi bisnisnya adalah jika ingin meminjam buku, maka dikenakan tarif. Karena kurang puas dengan hasil yang diperoleh, saya terus berinovasi. Saya berjualan gambar dinding, keripik singkong yang dibuat sendiri, dan masih ada lagi kegilaan yang saya lakukan. Kalau sekarang saya mengingat masa itu, selalu membuat tertawa.

Di saat Sekolah Dasar pula menjadi awal saya sangat menyukai petualangan dan camping. Saya mengajak teman-teman masuk  hutan, menelusuri kali, itu yang paling ekstream bagi anak kecil. Dan yang paling lucu adalah camping di depan rumah dan di lapangan sepak bola didekat rumah, bagi anak kecil itu sudah merupakan alam liar, ditambah lagi di sekeliling rumah bisa dikatakan sudah termasuk hutan. Seperti itulah masa Sekolah Dasar saya, banyak petulalangan dan menjadi kejadian lucu jika diingat sekarang ini.

Setelah 6 tahun menjalani masa-masa Sekolah Dasar, saya melanjutkan ketingkat Sekolah Menengah Pertama. SMPN 1 Lainea, sekolah inilah yang menjadi saksi bisu saya perjalanan cinta monyet yang tidak pernah tersampaikan. Memang terdengar miris, tapi itulah seni dari cinta monyet. Mengagumi seseorang dari kejauhan, melihat senyumannya dan merasakan kebahagiaannya. Itu akan menjadi cerita tersendiri dimasa yang akan datang saat dewasa nanti. Dan sekolah ini pula yang menjadi saksi saya beranjak remaja, peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.

Di Sekolah Menengah Pertama ini adalah awal saya mengenal yang namanya organisasi. Mencoba menjadi anggota OSIS di SMP ini, mengikuti proses untuk bisa masuk kedalam organisasi ini. Mengikuti LDKS ini menjadi hal yang menarik bagi saya. Banyak hal yang bisa diperoleh dari Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa tersebut. Berlatih bagaimana menghadapi suatu keadaan, berlatih cepat dalam memutuskan suatu keputusan, dan masih banyak lagi yang sangat bermanfaat.

Saat yang paling berat adalah saat saya harus pindah ke Jakarta, meninggalkan kehidupan yang damai dan penuh kasih sayang yang tulus dari teman-teman, tetangga, dan guru-guru. Waktu masih berada disana, saya masih belum merasakan sedihnya meninggalkan teman-teman yang selama ini menjadi keluarga yang sangat dekat. Saya terlanjur senang membayangkan bahagianya berada di Jakarta, banyak gedung-gedung pencakar langit, semuanya ada di Jakarta. Merasa hebat akan pindah ke Jakarta, membuat saya menjadi sombong. Sangking senangnya, saya lupa berpamitan kepada teman-teman, hal itulah yang saya sesalkan. Apa yang terjadi sesampainya saya di Jakarta? Saya baru merasakan, saya kehilangan sosok teman-teman seperti mereka, mereka adalah sahabat sekaligus keluarga bagi saya. Saya jadi pendiam dan tidak bersemangat.

Disini saya harus beradaptasi dan mencari teman baru. Tapi mereka semua sudah memiliki sahabat masing-masing. Susah untuk masuk kedalam kelompok-kelompok yang sudah terbentuk di sekolah baru ini yaitu SMP Kartika XI-3, sekolah yayasan tentara yang berada di kompleks tentara yang menjadi tempat tinggal saya di Jakarta. Ayah saya mendaftarkan saya di Sekolah itu dengan pertimbangan sekolah itu dekat dengan rumah, jadi saya tidak perlu pergi terlalu jauh ke sekolah. Ayah saya tidak ingin sekolah saya jauh dari rumah, soalnya ayah saya khawatir dengan pergaulan di Jakarta dan khawatir saya nyasar. Tapi saya tidak membayangkan ada sekolah seperti ini di kota besar seperti Jakarta dan saya bisa sekolah di sekolah.

Banyak lika-liku yang saya hadapi di sekolah ini, dimulai dari teman-teman yang awalnya susah menerima saya, cara belajar yang baru, dan lain sebagainya. Tapi yang paling berat adalah cara mereka berteman itu saya rasa aneh, cara berbicara mereka yang seenaknya saja, dan perlakuan yang semena-mena sama teman mereka yang lain. Hal-hal tersebut tidak bisa saya ikuti sehingga sedikit demi sedikit saya tersingkir dari kelompok-kelompok yang menurut saya aneh. Tetapi, ternyata masih ada kelompok yang baik-baik saja, tidak terlalu menonjol, namun tata cara mereka berbicara sangat terjaga. Dan akhirnya saya juga bisa mempunyai teman yang enak diajak bermain dan belajar. Dan masa SMP terlewatkan, masa-masa yang cukup berat namun menjadi pengalaman yang sangat berharga, belum tentu yang lain memiliki pengalaman berat seperti saya.

Yey! Ini masa-masa yang ditunggu, masa Sekolah Menengah Atas. Masa yang saya bayangkan adalah masa yang sangat indah. Kalau difilm-film, masa SMA adalah masa yang mengasikkan. Wow! Sudah terbayangkan sangat menyenangkannya bersekolah di SMA. Tahun 2008 adalah tahun pertama sekolah di SMA. Saya diterima di SMAN 22 Jakarta, di sekolah team basketnya terkenal adalah lawan yang berbahaya, banyak piala yang sudah berhasil digondol. Tetapi saya kurang berminat menjadi team basket, saya lebih memilih ikut ekskul jurnalistik.

Setiap ajaran baru, pasti diadakan Masa Orientasi Siswa atau MOS. Yang paling berkesan saat MOS adalah saat saya disuruh nyanyi disetiap kelas karena salah membawa namtag. Saya tidak biasa menyanyi di depan banyak orang, perasaan campur aduk saat itu. Bukan masalah orang yang banyak, melainkan saya kurang percaya diri dengan suara saya, bisa-bisa saya dilempari bola-bola kertas oleh teman-teman yang berada di kelas, hahaha.

Ternyata apa yang saya bayangkan dimasa SMA itu tidak terealisasikan. Yang ada, Pekerjaan Rumah yang menumpuk, guru galak, paksaan untuk mendapatkan nilai yang terbaik, dan masih banyak lagi. Ada lagi yang tidak sesuai harapan, saya lebih berminat IPA, tapi saya masuk IPS karena nilai biologi saya kurang sedikit saja untuk syarat masuk IPA. Saat pembagian rapot, wali kelas saya menyatakan kalau saya bisa masuk IPA, tapi kenyataannya saat masuk ajaran baru, saya masuk IPS. Saat itu saya sangat kecewa, tapi tidak masalah, dunia belum berakhir, saya masih harus terus menjalani semuanya sampai titik darah penghabisan.
Setelah masuk kekelas, ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan. Bergelut dengan akuntansi, geografi, dan sosiologi sangat menyenangkan. Namun, yang jadi masalah adalah saya bukan tipe orang yang senang menghapal dan memahami hapalan tersebut, seperti sosiologi. Saya lebih berminat dengan matematika, akuntansi, dan geografi.

Ujian Negara! Adalah kata-kata yang sangat menakutkan saat itu. Membuat tidak enak makan, susah tidur, membanyangkan apa yang terjadi esok, apakah bisa mengerjakan dengan baik ataukah sebaliknya. Berdoa siang malam, perasaan menjadi gelisah. Perjuangan selama 3 tahun dipertaruhkan selama beberapa jam. Sungguh menyakitkan jika tidak lulus. Tetapi saya terus yakin bahwa saya bisa, saya mampu melewati hari-hari menakutkan itu. Alhasil semua berjalan dengan lancar, meski tidak mengetahui nilai yang didapat.

Hari pengumumanpun tiba, semalaman handphone terus berdering, banyak messages facebook yang masuk. Saling bertanya satu sama lain, karena pada saat itu pengumuman hanya lewat website sekolah, kita tidak diperbolahkan kesekolah. Dikarenakan tidak diperbolehkannya ada acara corat-coret baju sekolah. Padahal itu adalah acara yang paling ditunggu-tunggu sebagai luapan kebahagiaan karena perjuangan kita selama ini.

Pagi-pagi sekali, setelah shalat subuh saya cepat-cepat membuka website sekolah. Dan sujud syukur alhamdulillah saya lulus. Seketika hati lega, tidak tahu apa yang harus diperbuat, menangis atau berteriak untuk melepas beban yang selama ini hinggap di hati. Cuma bisa terdiam saat itu dan akhirnya memeluk ibu sambil mengeluarkan air mata kebahagiaan. Air mata tersebut mengeluarkan semua beban, rasanya lega sekali.

Selepas dari SMA saya masih bingung, mau kerja atau melanjutkan kejenjang perguruan tinggi. Waktu itu saya sempat mendapat undangan bebas tes masuk Perguruan Tinggi Negeri, tetapi saya tidak lulus undangan tersebut. Sangat kecewa karena tidak lulus dikesempatan emas itu. Setelah itu, saya mencoba ikut SNMPTN, lagi-lagi tidak lulus. Saat itu hati menjadi sangat down, terus bertanya kepada diri saya sendiri, akan kemana lagi saya.

Sebelumnya saya sudah menerima program beasiswa di Universitas Gunadarama. Beasiswa yang diberikan karena mengikuti tryout yang diberikan Universitas Gunadarma saat masih SMA, saya mendapatkan grade 1 pada Akuntansi. Jadi saya memilih jurusan akuntansi sebagai penuntun saya menjadi yang terbaik.

Selama saya menuntut ilmu di UG, saya juga menambah pengalaman bekerja di KUMON, tempat kursus matematika dari Jepang. Saya suka matematika, jadi saya sangat enjoy bekerja dilembaga ini. Berinteraksi dengan anak-anak itu sangat menyenangkan, bisa menenangkan hati karena masalah-masalah yang berada di Kampus, bisa melupakan sejenak tugas-tugas yang menumpuk.

Jadi, disinilah saya sekarang, menuntut ilmu di Universitas Gunadarma. Universitas yang akan menjadi saksi bisu saya tumbuh dewasa dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Insya Allah tahun 2015 saya sudah mengenakan toga kebanggaan. Dan semoga selepas dari Universitas Gunadarma, saya bisa mencapai cita-cita saya menjadi Business Women yang terkenal. :)

1 komentar:

  1. Wah gitu ya ceritanya? Satu saat boleh dong jalan-jalan ke Kendari lagi...

    BalasHapus