Nama
saya Nabila Sishma, biasa dipanggil Nabil atau Bila. Saya lahir di Kendari
tanggal 30 April 1993. Saya lahir dan tumbuh remaja di kota kecil itu, kota
yang masih belum banyak tersentuh oleh pengaruh luar. Terasa sejuk, damai, dan
sangat menyenangkan. Saat Taman Kanak-kanak, saya bersekolah di Taman Kuncup
Kapas, tepatnya di desa Lambakara, desa terpencil dari kota Kendari. Saya
senang berada di desa tersebut, memiliki banyak teman yang sangat kekeluargaan.
Setelah
itu saya menempuh Sekolah Dasar di SDN 1 Ambalodangge. Di sekolah ini menjadi
awal saya mengenal uang. Di umur saya yang masih dikatakan kecil, saya sudah
mulai berbisnis, saya selalu berfikir apa yang bisa menghasilkan uang. Bisnis
pertama saya adalah membuka perpustakaan kecil-kecilan dari kumpulan buku-buku
kakak saya yang sudah tidak terpakai. Segi bisnisnya adalah jika ingin meminjam
buku, maka dikenakan tarif. Karena kurang puas dengan hasil yang diperoleh,
saya terus berinovasi. Saya berjualan gambar dinding, keripik singkong yang
dibuat sendiri, dan masih ada lagi kegilaan yang saya lakukan. Kalau sekarang
saya mengingat masa itu, selalu membuat tertawa.
Di
saat Sekolah Dasar pula menjadi awal saya sangat menyukai petualangan dan
camping. Saya mengajak teman-teman masuk
hutan, menelusuri kali, itu yang paling ekstream bagi anak kecil. Dan
yang paling lucu adalah camping di depan rumah dan di lapangan sepak bola
didekat rumah, bagi anak kecil itu sudah merupakan alam liar, ditambah lagi di
sekeliling rumah bisa dikatakan sudah termasuk hutan. Seperti itulah masa
Sekolah Dasar saya, banyak petulalangan dan menjadi kejadian lucu jika diingat
sekarang ini.
Setelah
6 tahun menjalani masa-masa Sekolah Dasar, saya melanjutkan ketingkat Sekolah
Menengah Pertama. SMPN 1 Lainea, sekolah inilah yang menjadi saksi bisu saya perjalanan
cinta monyet yang tidak pernah tersampaikan. Memang terdengar miris, tapi
itulah seni dari cinta monyet. Mengagumi seseorang dari kejauhan, melihat
senyumannya dan merasakan kebahagiaannya. Itu akan menjadi cerita tersendiri
dimasa yang akan datang saat dewasa nanti. Dan sekolah ini pula yang menjadi
saksi saya beranjak remaja, peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.
Di
Sekolah Menengah Pertama ini adalah awal saya mengenal yang namanya organisasi.
Mencoba menjadi anggota OSIS di SMP ini, mengikuti proses untuk bisa masuk
kedalam organisasi ini. Mengikuti LDKS ini menjadi hal yang menarik bagi saya.
Banyak hal yang bisa diperoleh dari Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa tersebut.
Berlatih bagaimana menghadapi suatu keadaan, berlatih cepat dalam memutuskan
suatu keputusan, dan masih banyak lagi yang sangat bermanfaat.
Saat
yang paling berat adalah saat saya harus pindah ke Jakarta, meninggalkan
kehidupan yang damai dan penuh kasih sayang yang tulus dari teman-teman,
tetangga, dan guru-guru. Waktu masih berada disana, saya masih belum merasakan
sedihnya meninggalkan teman-teman yang selama ini menjadi keluarga yang sangat
dekat. Saya terlanjur senang membayangkan bahagianya berada di Jakarta, banyak
gedung-gedung pencakar langit, semuanya ada di Jakarta. Merasa hebat akan
pindah ke Jakarta, membuat saya menjadi sombong. Sangking senangnya, saya lupa
berpamitan kepada teman-teman, hal itulah yang saya sesalkan. Apa yang terjadi sesampainya saya di Jakarta? Saya baru merasakan, saya kehilangan
sosok teman-teman seperti mereka, mereka adalah sahabat sekaligus keluarga bagi
saya. Saya jadi pendiam dan tidak bersemangat.
Disini
saya harus beradaptasi dan mencari teman baru. Tapi mereka semua sudah memiliki
sahabat masing-masing. Susah untuk masuk kedalam kelompok-kelompok yang sudah
terbentuk di sekolah baru ini yaitu SMP Kartika XI-3, sekolah yayasan tentara
yang berada di kompleks tentara yang menjadi tempat tinggal saya di Jakarta. Ayah
saya mendaftarkan saya di Sekolah itu dengan pertimbangan sekolah itu dekat
dengan rumah, jadi saya tidak perlu pergi terlalu jauh ke sekolah. Ayah saya
tidak ingin sekolah saya jauh dari rumah, soalnya ayah saya khawatir dengan
pergaulan di Jakarta dan khawatir saya nyasar. Tapi saya
tidak membayangkan ada sekolah seperti ini di kota besar seperti Jakarta dan
saya bisa sekolah di sekolah.
Banyak
lika-liku yang saya hadapi di sekolah ini, dimulai dari teman-teman yang
awalnya susah menerima saya, cara belajar yang baru, dan lain sebagainya. Tapi yang
paling berat adalah cara mereka berteman itu saya rasa aneh, cara berbicara
mereka yang seenaknya saja, dan perlakuan yang semena-mena sama teman mereka
yang lain. Hal-hal tersebut tidak bisa saya ikuti sehingga sedikit demi sedikit
saya tersingkir dari kelompok-kelompok yang menurut saya aneh. Tetapi, ternyata
masih ada kelompok yang baik-baik saja, tidak terlalu menonjol, namun tata cara
mereka berbicara sangat terjaga. Dan akhirnya saya juga bisa mempunyai teman
yang enak diajak bermain dan belajar. Dan masa SMP terlewatkan, masa-masa yang
cukup berat namun menjadi pengalaman yang sangat berharga, belum tentu yang
lain memiliki pengalaman berat seperti saya.
Yey!
Ini masa-masa yang ditunggu, masa Sekolah Menengah Atas. Masa yang saya
bayangkan adalah masa yang sangat indah. Kalau difilm-film, masa SMA adalah masa
yang mengasikkan. Wow! Sudah terbayangkan sangat menyenangkannya bersekolah di
SMA. Tahun 2008 adalah tahun pertama sekolah di SMA. Saya diterima di SMAN 22
Jakarta, di sekolah team basketnya terkenal adalah lawan yang berbahaya, banyak
piala yang sudah berhasil digondol. Tetapi saya kurang berminat menjadi team
basket, saya lebih memilih ikut ekskul jurnalistik.
Setiap
ajaran baru, pasti diadakan Masa Orientasi Siswa atau MOS. Yang paling berkesan
saat MOS adalah saat saya disuruh nyanyi disetiap kelas karena salah membawa
namtag. Saya tidak biasa menyanyi di depan banyak orang, perasaan campur aduk
saat itu. Bukan masalah orang yang banyak, melainkan saya kurang percaya diri
dengan suara saya, bisa-bisa saya dilempari bola-bola kertas oleh teman-teman
yang berada di kelas, hahaha.
Ternyata
apa yang saya bayangkan dimasa SMA itu tidak terealisasikan. Yang ada,
Pekerjaan Rumah yang menumpuk, guru galak, paksaan untuk mendapatkan nilai yang
terbaik, dan masih banyak lagi. Ada lagi yang tidak sesuai harapan, saya lebih
berminat IPA, tapi saya masuk IPS karena nilai biologi saya kurang sedikit saja
untuk syarat masuk IPA. Saat pembagian rapot, wali kelas saya menyatakan kalau
saya bisa masuk IPA, tapi kenyataannya saat masuk ajaran baru, saya masuk IPS. Saat
itu saya sangat kecewa, tapi tidak masalah, dunia belum berakhir, saya masih
harus terus menjalani semuanya sampai titik darah penghabisan.
Setelah
masuk kekelas, ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan. Bergelut dengan
akuntansi, geografi, dan sosiologi sangat menyenangkan. Namun, yang jadi
masalah adalah saya bukan tipe orang yang senang menghapal dan memahami hapalan
tersebut, seperti sosiologi. Saya lebih berminat dengan matematika, akuntansi,
dan geografi.
Ujian
Negara! Adalah kata-kata yang sangat menakutkan saat itu. Membuat tidak enak
makan, susah tidur, membanyangkan apa yang terjadi esok, apakah bisa
mengerjakan dengan baik ataukah sebaliknya. Berdoa siang malam, perasaan
menjadi gelisah. Perjuangan selama 3 tahun dipertaruhkan selama beberapa jam. Sungguh
menyakitkan jika tidak lulus. Tetapi saya terus yakin bahwa saya bisa, saya
mampu melewati hari-hari menakutkan itu. Alhasil semua berjalan dengan lancar,
meski tidak mengetahui nilai yang didapat.
Hari
pengumumanpun tiba, semalaman handphone terus berdering, banyak messages
facebook yang masuk. Saling bertanya satu sama lain, karena pada saat itu
pengumuman hanya lewat website sekolah, kita tidak diperbolahkan kesekolah. Dikarenakan
tidak diperbolehkannya ada acara corat-coret baju sekolah. Padahal itu adalah
acara yang paling ditunggu-tunggu sebagai luapan kebahagiaan karena perjuangan
kita selama ini.
Pagi-pagi
sekali, setelah shalat subuh saya cepat-cepat membuka website sekolah. Dan sujud
syukur alhamdulillah saya lulus. Seketika hati lega, tidak tahu apa yang harus
diperbuat, menangis atau berteriak untuk melepas beban yang selama ini hinggap
di hati. Cuma bisa terdiam saat itu dan akhirnya memeluk ibu sambil
mengeluarkan air mata kebahagiaan. Air mata tersebut mengeluarkan semua beban,
rasanya lega sekali.
Selepas
dari SMA saya masih bingung, mau kerja atau melanjutkan kejenjang perguruan
tinggi. Waktu itu saya sempat mendapat undangan bebas tes masuk Perguruan
Tinggi Negeri, tetapi saya tidak lulus undangan tersebut. Sangat kecewa karena
tidak lulus dikesempatan emas itu. Setelah itu, saya mencoba ikut SNMPTN,
lagi-lagi tidak lulus. Saat itu hati menjadi sangat down, terus bertanya kepada
diri saya sendiri, akan kemana lagi saya.
Sebelumnya
saya sudah menerima program beasiswa di Universitas Gunadarama. Beasiswa yang
diberikan karena mengikuti tryout yang diberikan Universitas Gunadarma saat
masih SMA, saya mendapatkan grade 1 pada Akuntansi. Jadi saya memilih jurusan
akuntansi sebagai penuntun saya menjadi yang terbaik.
Selama
saya menuntut ilmu di UG, saya juga menambah pengalaman bekerja di KUMON,
tempat kursus matematika dari Jepang. Saya suka matematika, jadi saya sangat
enjoy bekerja dilembaga ini. Berinteraksi dengan anak-anak itu sangat
menyenangkan, bisa menenangkan hati karena masalah-masalah yang berada di Kampus,
bisa melupakan sejenak tugas-tugas yang menumpuk.
Jadi,
disinilah saya sekarang, menuntut ilmu di Universitas Gunadarma. Universitas yang
akan menjadi saksi bisu saya tumbuh dewasa dan menjadi orang yang bermanfaat
bagi orang banyak. Insya Allah tahun 2015 saya sudah mengenakan toga
kebanggaan. Dan semoga selepas dari Universitas Gunadarma, saya bisa mencapai
cita-cita saya menjadi Business Women yang terkenal. :)