Danke sehr

Danke sehr
You have a miracle

Minggu, 20 Oktober 2013

Mengenal Paragraf Generalisasi, Paragraf Hubungan Kausal, dan Paragraf Analogi beserta Contohnya


Paragraf generalisasi, paragraf hubungan kausal, dan paragraf analogi adalah paragraf yang termasuk kedalam Penalaran Induktif. Sebelum mengenal paragraf-paragraf tersebut, akan lebih baik jika terlebih dahulu kita mengenal penalaran induktif.

Penalaran Induktif adalah penalaran yang menghubungkan kata yang bersifat khusus menjadi simpulan yang umum.

Paragraf Generalisasi adalah suatu paragraf yang memiliki proses penalaran dari suatu kalimat khusus hingga menjadi simpulan kalimat yang umum. Kalimat-kalimat tersebut mengikat dan menjadi sebuah paragraf yang utuh.
Contoh :
Suatu pagi Ani meminum obat batuk karena tenggorokannya terasa gatal.  Tiba-tiba ibu Ani pulang dan langsung minum obat “Tolak Angin” yang baru saja dibelinya di pasar. Setelah itu, Ani pergi ke Kampus dan melihat kawannya sedang minum obat sakit kepala. Simpulannya adalah semua yang merasa sakit, akan meminum obat sesuai dengan sakit yang dideritanya.

Paragraf Hubungan Kusal yang lebih di kenal dengan paragraf sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengungkapkan sebab yang diikuti dengan akibat yang ditimbulkan dari sebab tersebut.
Contoh : 
Dewasa ini di kawasan Bogor sudah mulai padat penduduk, banyak pepohonan ditebang untuk membangun rumah. Setelah itu di Jakarta minim sekali ruang terbuka hijau dan resapan air karena tanah-tanah resapan air telah dilapisi oleh beton-beton kokoh dan bangunan-bangunan pencakar langit. Karena itu sedikitnya tempat untuk menyerap air kiriman dari Bogor. Sehingga mengakibatkan banjir di Jakarta.

Paragraf Analogi adalah penalaran induktif dengan cara membandingkan dua hal yang banyak mengandung persamaan. Berdasarkan kesamaan dari dua hal tersebut, kita dapat mengambil simpulan dari keduanya. Penalaran ini dimulai dari pandangan umum lalu menuju pandangan yang lebih khusus.
Contoh :
Seseorang yang tidak pernah belajar, namun menginginkan nilai yang baik itu sama halnya dengan pepatah yang berbunyi “bagai punduk merindukan bulan”. Pepatah tersebut memiliki arti bahwa seseorang yang ingin menggapai sesuatu, tetapi tidak bisa meraihnya. Jadi keinginan yang mustahil yang tidak bisa terwujud itu sama halnya dengan pepatah “bagai punduk merindukan bulan” karena ia tidak mau brusaha untuk mencapainya.

Sumber :
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/contoh-paragraf-analogi/