Paragraf generalisasi, paragraf hubungan kausal, dan
paragraf analogi adalah paragraf yang termasuk kedalam Penalaran Induktif. Sebelum
mengenal paragraf-paragraf tersebut, akan lebih baik jika terlebih dahulu kita
mengenal penalaran induktif.
Penalaran Induktif adalah penalaran yang
menghubungkan kata yang bersifat khusus menjadi simpulan yang umum.
Paragraf Generalisasi adalah suatu paragraf yang
memiliki proses penalaran dari suatu kalimat khusus hingga menjadi simpulan
kalimat yang umum. Kalimat-kalimat tersebut mengikat dan menjadi sebuah
paragraf yang utuh.
Contoh :
Suatu pagi Ani meminum obat batuk karena
tenggorokannya terasa gatal. Tiba-tiba
ibu Ani pulang dan langsung minum obat “Tolak Angin” yang baru saja dibelinya
di pasar. Setelah itu, Ani pergi ke Kampus dan melihat kawannya sedang minum
obat sakit kepala. Simpulannya adalah semua yang merasa sakit, akan meminum
obat sesuai dengan sakit yang dideritanya.
Paragraf
Hubungan Kusal yang lebih di kenal dengan paragraf sebab akibat adalah paragraf
yang dimulai dengan mengungkapkan sebab yang diikuti dengan akibat yang
ditimbulkan dari sebab tersebut.
Contoh :
Dewasa ini di kawasan Bogor sudah mulai padat penduduk, banyak pepohonan
ditebang untuk membangun rumah. Setelah itu di Jakarta minim sekali ruang
terbuka hijau dan resapan air karena tanah-tanah resapan air telah dilapisi
oleh beton-beton kokoh dan bangunan-bangunan pencakar langit. Karena itu sedikitnya
tempat untuk menyerap air kiriman dari Bogor. Sehingga mengakibatkan banjir di
Jakarta.
Paragraf
Analogi adalah penalaran induktif dengan cara membandingkan dua hal yang banyak
mengandung persamaan. Berdasarkan kesamaan dari dua hal tersebut, kita dapat
mengambil simpulan dari keduanya. Penalaran ini dimulai dari pandangan umum
lalu menuju pandangan yang lebih khusus.
Contoh
:
Seseorang yang tidak pernah belajar, namun menginginkan nilai yang baik itu
sama halnya dengan pepatah yang berbunyi “bagai punduk merindukan bulan”. Pepatah
tersebut memiliki arti bahwa seseorang yang ingin menggapai sesuatu, tetapi
tidak bisa meraihnya. Jadi keinginan yang mustahil yang tidak bisa terwujud itu
sama halnya dengan pepatah “bagai punduk merindukan bulan” karena ia tidak mau
brusaha untuk mencapainya.
Sumber :